Saturday, 7 August 2010
Mempertanyakan Istilah "Generasi Penerus Bangsa"
TweetGenerasi penerus bangsa identik dengan generasi muda di suatu negara. Generasi inilah nantinya yang akan menggantikan peran generasi sebelumnya.
Seharusnya, yang namanya kapasitas, serta mutu generasi penerus bangsa harus bisa memperbaharui generasi yang telah ada. Dengan tujuan, agar hasil yang telah dilakukan oleh generasi penerus dapat lebih mengangkat pencapaian bangsa setelah merdeka di tahun 1945 ini. Lalu bagaimana dengan keadaan "Generasi Penerus Bangsa" khususnya di Indonesia?
Melihat fenomena sekarang, kemajuan Indonesia sangatlah lambat. Karena penyebabnya kapasitas serta kualitas generasi sesudahnya justru menurun. Sehingga perkembangan bangsa Indonesia menjadi stagnant. Apa penyebab dari semua itu?
Semua itu berawal dari pondasi yang rapuh. Pondasi yang tidak kokoh membuat bangunan menjadi lemah bila terkena goncangan sedikit. Lalu apa pondasi itu? Pondasi itu adalah Pendidikan Nasional. Rancunya sistem pendidikan nasional Indonesia membuat anak - anak yang sudah keluar dari sebuah satuan pendidikan tertentu, menjadi tidak berbobot. Mengapa tidak berbobot? Karena sistem pendidikan nasional lebih menonjolkan kesan prestasi akademik ketimbang potensi diri. Hal ini justru hanya berdampak kecil bagi negara. Mengapa demikian? Karena, jika sistem pendidikan nasional ini dirancang dengan mengedepankan hasil, yang rugi tidak hanya individu, namun juga negara yang nantinya kehilangan beribu-ribu sumber daya manusia setiap tahunnya. Potensi diri inilah yang sangat penting untuk membangun diri serta bangsa. Indonesia tidak membutuhkan juara-juara olimpiade mata pelajaran, jika nantinya tidak memberikan dampak warga Indonesia lainnya. Memang dengan hasil itu, nama Indonesia dapat terangkat. Akan tetapi, bukankah jika kontribusi yang dihasilkan itu juga dapat diimplementasikan untuk membangun negeri? Bukan saja sekedar mengharumkan nama bangsa saja. Padahal, jika dipikir beberapa kali lipat, Indonesia memiliki kekayaan beribu bahan tambang, hutan yang luas, kekayaan laut yang luar biasa. Dan berbagai nikmat Tuhan lainnya yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia. Namun, penghuninya sendiri tidak dapat menjalankan amanat apa yang telah ditunjukkan oleh Tuhan. Mengapa menetapkan standar yang begitu tinggi kepada anak-anak kita? Agar dilihat oleh dunia Internasional bahwa pendidikan di Indonesia meiliki taring? Caranya bukan seperti itu. Anak-anak Indonesia banyak sekali yang suka berimajinasi, menggambar, dan mengkhayal. Gali potensi mereka dengan cara mendirikan sekolah khusus seni. Apakah di sekolah seni memerlukan matematika? Jika perlu, cantumkan kurikulum ini. Jika tidak, jangan dicantumkan. Jika perlu sedikit, jangan memasukkan bab-bab yang tidak penting. Dengan begitu, mereka inilah yang nantinya akan membuat desain-desain baru. Seperti rumah anti gempa, tank, pesawat model baru, mobil ter-update. Kemudian, memang sebagian anak-anak ada yang gemar berhitung. Dirikan sekolah khusus matematika. Nah, dengan kerjasama antara bakat seni dengan berhitung. Terciptalah satu penemuan baru misalnya rumah anti gempa tadi. Bukankah itu juga memerlukan hitung-hitungan? Jadi, kedua bidang ini dituntut kerjasamanya agar menciptakan rumah anti gempa yang paling kuat. Untuk pihak yang mendesainnya, tinggal ambil dari mereka yang suka berimajinasi, menggambar, dan lain sebagainya. Begitu pula untuk bagian menghitung kemungkinannya. Seharusnya mengambil mereka yang gemar berhitung. Tidak disamakan seperti layaknya sistem pendidikan kita sekarang. Itulah mengapa ada istilah, "Tidak pada tempatnya". Karena orang yang terlibat didalamnya bukan merupakan keahliannya. Jika kita mengerti, tanpa distandar, atau disamaratakan pun, nantinya pendidikan di Indonesia dapat terangkat secara otomatis. Mengapa demikian? Karena dengan pengkhususan tersebut, segala sektor pembangunan di Indonesia akan terangkat. Apa penyebab dari semua itu? Karena pendidikannya, pondasi dasarnya juga sudah bagus. Jadi seterusnya akan bagus hasilnya. Mengapa penulis membuat judul Mempertanyakan Istilah "Generasi Penerus Bangsa"? Karena keraguan akan hal inilah yang menyebabkan semua itu. Penulis merasa, jika keadaan seperti ini terus, kemajuan Indonesia tidak akan cepat. Bahkan tetap berjalan seperti "Keong Racun".




0 comments:
Post a Comment