Thursday, 29 April 2010
Akhirnya Pensiun Juga (Episode 3)
TweetThe First PermormanceTibalah saat yang ditunggu – tunggu oleh pemirsa di rumah maupun di studio. Keyboardist generasi kontemporer muncul. Hahahaha... Senin itu, suasana di SMAN 1 Pangkalan Bun sudah efektif belajar. Karena rangkaian kegiatan SMANSA CUP telah selesai. Pukul 6.25 WIB, seluruh tentara SMAN 1 Pangkalan Bun berkumpul untuk memperingati perjuangan pahlawan itu. Aku pun sudah berdiri lebih dulu di dekat keyboard. Kalau tidak salah dengar, semua orang dengan riak kecil bertanya – tanya tentangku. “Siapa tuh?” Hahahaha.... Debut pertamaku kali itu diawali dengan paduan suara dari kelas XA. (Untuk zamanku, paduan suara masih diambil dari kelas masing – masing) mungkin anda kenal Sandy? Ary? Arifin? Meta? Bayu? DJ? Eko? Erika? Banyak lah... Mereka itulah komplotan XA. Kalau tidak salah mereka membawakan lagu wajib nasional “Berkibarlah Benderaku”. Sabtu sebelumnya, latihan berjalan mulus. Waktu berjalan, sampailah pada hari Senin. Jantungku pasti berdebar, tapi, untuk situasi semacam ini, kucoba tetap santai, dan tenang. Satu pelajaran untuk anda. //Ketika anda dihampiri sebuah masalah yang besar ataupun kecil. Tetaplah anda yang memegang kendali. Jangan sampai anda yang dikendalikan. Rencana anda akan hancur berantakan. Jika anda tampil di tempat umum. Yang terpenting adalah, bagaimana anda menjinakkan penonton. Jangan anda dikendalikan penonton. Jika anda dikendalikan penonton, cemoohan penonton datang, mental anda pasti hancur. Karena apa? Sekalipun anda memiliki segudang bakat, tetapi anda tidak bisa menyampaikannya kepada penonton, maka dijamin, apresiasi penonton terhadap bakat anda tak akan anda dapatkan. // _adam_ Tanganku dingin, disertai rasa kaku, jantungku berdetak kencang. Sebelum acara dimulai, aku pun menggerak – gerakkan tanganku sebagai bentuk pemanasan. Selain pemanasan, aku sedikit mengulang – ngulang nada agar mencegah hal – hal yang tak diinginkan. Memeriksa kembali segala pengaturan yang telah kusimpan. Satu pesan buat anda. //Pemanasanlah sebelum anda dipanaskan// _adam_. Maksudnya, jika anda hendak mengerjakan sesuatu, pastikan anda mencoba memulainya dengan perlahan. Daripada nanti hasil yang anda lakukan tidak maksimal, yang kita dapatkan hanya cibiran orang karena kita berkarya tak maksimal. Upacara pun dimulai oleh pembawa acara sekitar pukul 6.35 WIB. Sehabis pembina upacara masuk, jantungku pun berdebar makin kencang. “Pengibaran Bendera Merah Putih, dan diiringi lagu Indonesia Raya.” Ucap pembawa acara. Jreeeeeeeeennnnng... Suasana hening seketika. Tiga pasukan pengibar bendera menuju tiang bendera. Pengikat bendera mengambil bendera yang hendak diikatkan ke tali. Ikatan pertama selesai, ikatan kedua selesai, ikatan terakhir pun selasai. Pengerek bendera menarik mundur tanda bendera siap. Dengan suara lantang “Lapor! Bendera siap...” lapor pengerek bendera kepada pemimpin upacara. Laporan pun diterima. “Kepada... Bendera Merah Putih... Hoooooormaaaaatttttt.... Grakkk!!!!” sambung pemimpin upacara. Indonesia Raya pun berkumandang mengiringi jalannya bendera ke puncak, dan disertai merdunya suara Grand Piano hasil olahan sang keyboardist baru. Hahaha... Extra Alay... Tahukah anda, bahwa lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan terbagus di dunia? Dari sisi harmonisasi lagu ini memang nikmat didengar, penggugah semangat, lirik dan chord yang sederhana, dan syahdu. Itu menurut saya. Tapi saya tak mengetahui mengapa Indonesia Raya menjadi yang terbagus di dunia. Pertama membunyikan chord D, bersamaan dengan nyanyian paduan suara, hatiku menjadi cerah. Ibarat mendung, kemudian langsung muncul matahari dari kegelapan. Majas lebay. Kesombongan hasil paduan iblis muncul kepadaku. Karena merasa diawal berjalan mulus, akhirnya ditengah – tengah lagu aku berfikir, “Coba aku berimprovisasi...” Suara Grand Piano seketika itu berubah menjadi Strings. Orang – orang yang mendengarkan pada waktu itu bertanya – tanya mengapa. Mungkin ada yang tak beres dengan keyboardnya? Atau orangnya...? Waktu itu aku belum lancar menggunakan Yamaha PSR 2000. Jika anda memakai PSR 2000, pastikan anda jeli melihat tempat kursornya berada. Karena, ketika anda ingin mengubah suara pelapis/Layer, bisa jadi yang anda ganti adalah suara utama/Main. Jadi, jika anda tidak jeli dalam hal demikian, maka kasusnya pasti akan sama seperti saya? Yang kedua, untuk mencegah kesalahan. Perhatikan lampu main, layer, dan left. Karena apa? Percuma saja jika anda menginginkan suara strings pada layer, tetapi lampunya mati? Yang lebih fatal, jika lampu main-nya yang mati. Jika anda menjadi pengiring seperti saya, anda yang harus disalahkan, karena tidak teliti. Dan juga, pastikan Accompaintment-nya (Disingkat Acmp pada PSR) dalam keadaan tidak aktif. Karena fitur ini adalah pengiring lagu yang berfungsi sebagai chord otomatis yang digunakan pada saat anda menggunakan Style Musik. Jika Acmp ini aktif, maka anda tidak bisa menggunakan Grand Piano sebelah kiri. Karena suara Acmp menyesuaikan dengan Rhythm Style Musik masing – masing. Style Musik yang saya maksud seperti apa? Misalnya seperti Mars, Waltz, Rhumba, Pop, Slow Rock, Beat. Biasanya pada organ tunggal fitur ini dipakai agar lebih simpel. Ketika sesuatu yang janggal itu, aku melihat, ketika suara itu berubah seketika, banyak orang yang menatapku. Ada apa ini sebenarnya? Orang – orang seperti, “Whhaaaa” heran. Apa yang sedang dilakukan adam. Sedang main, atau sedang bertukang? Aku mencoba untuk tidak panik. adam selalu mencari cara agar situasi dan kondisi tetap stabil. Jadi, keyboard dengan suara strings itu berjalan hingga selesainya pengibaran bendera. Tapi tak mengacaukan suasana. disaat kita kritis, cobalah gunakan akal anda untuk menyiasatinya. Justru disaat kritis itulah akal kita berjalan. Selepas pengibaran bendera, kelihatannya orang – orang banyak yang berkomentar di barisan. Termasuk guru – guru. Ada yang senyum tipis, ada pula yang keheranan, pokoknya macam – macam. Satu pelajaran untuk anda. //Ketika anda sukses, jangan anda kira perjalanan anda telah selesai. Perjalanan tetap berlanjut. Tetapi, ditengah jelan yang berlanjut tersebut, bisa jadi anda tersandung batu yang kecil. Sehingga anda luka, dan terhambat.// _adam_ Selepas penampilan pertamaku. Orang – orang banyak berkomentar kepadaku. Aku tak menjadikan itu sebagai hinaan atau pujian. Komentar orang itu, akan kujadikan sebagai pengawasan, agar kesombongan menjauh dari kehidupanku. Pesanku. //Jadikanlah pujian itu sebagai batas. Supaya anda dapat mengetehaui, sejauh mana anda sudah berkarya. Tetapi, jangan anda jadikan pujian itu kipas. Karena kipas, dapat menghasilkan angin segar yang nantinya, anda akan terlena oleh angin itu, dan akhirnya anda akan terlelap tidur. Ketika anda tidur, mungkin pesaing anda akan mendahului anda. Karena anda sudah terlena.// _adam_
Kesalahan Pertama
Ketika saya tampil pada upacara pertama kali membawakan lagu ini, XA Mengambil D sebagai nada dasar. Indonesia Raya mulai, dentingan Grand Pianoku pun menyebut D sebagai nada pertama disusul teriakan A, kemudian Em pun menyusul, A kembali membalas, A7 membantu supaya kelihatan lebih enak didengar, dan D pun muncul kembali menyuarakan hak asasinya.
Namun sayang... Sayang seribu kali sayang... Sungguh sangat sayang, matahari itu nampaknya lebih memilih bersembunyi di balik awan, ketimbang ia menampakkan wajahnya untukku?
Ketika paduan suara telah sampai di bagian “Marilah kita berseru... Indonesia bersatu...” tanganku siap – siap diatas tombol suara strings. Maksudku, supaya kelihatan lebih syahdu dan enak didengar, pada bagian bridge-nya, “Hiduplah tanahku... Hiduplah negeriku... Bangsaku rakyatku... Semuanya...” aku ingin memadukan antara suara Grand Piano menggunakan background suara Strings. Tapi apa yang terjadi? Bagaimana hasilnya?
Kembali kepada pokok persoalan. Hehehe... Sudah dapat ilmu tentang keyboard? Hehehe... Berarti anda sudah mendapat satu ilmu baru.
Kita hidup di dunia tak boleh sombong. Jangan merasa sudah berjalan mulus, lalu kedepannya langkah kita akan mulus juga.




1 comments:
halahh.. panjang amat bacanya dam. tapi isinya keren koq.. sukses ya :)
Post a Comment