Tuesday 9 February 2010

Hantu Atau Burung Hantu?

Ketika itu aku masih berusia sekitar 4 tahun. Dulu rumahku masih mengontrak yang masih satu keluarga ibuku di Jalan Pangeran Antasari. Aku tidak ingat kapan kejadian ini. Namun, segala kronologis Insya Allah sesuai apa yang aku alami. He...

Kejadian yang kulihat ketika aku pulang dari rumah nenekku yang jarak tempuh dengan rumahku menggunakan sepeda motor. Tepatnya nenekku bertempat di Jalan Pakunegara. Karena Pangkalan Bun berbukit, Jalan Pakunegara terletak diatas Jalan Pangeran Antasari. Aku, ayahku, dan ibuku sedang bermain di rumah nenekku. Ketika waktu menunjukan pukul 21.00 WIB, ibuku menyuruhku pulang. Akupun menyetujui karena besok aku harus ke sekolah.

Waktu zamanku masih kecil, jalan dari tempat nenek ke rumahku hanya melewati gang. Tidak melewati Jalan Pakunegara, karena jarak tempuh terbilang cukup dekat. Kami pun pulang lewat gang Gusti M. Saad namanya, dengan menggunakan sepeda motor.

Di gang itu, ada rumah temanku TK. Namanya Rudini. Saya akrab sekali dengan dia. Bisa dikatakan teman sepermainan lah. Didepan rumahnya, ibunya berjualan sembako ditambah warung kopi. Jadi, setiap pemuda yang berada di kompleks sekitar rumah Rudini, suka nongkrong disitu. Yah, sambil minum kopi, sambil ngegosip lah... Hahaha... Akupun tak tahu apa yang mereka bicarakan. Maklumlah... Masih kate... 4 Tahun men... Hehehe..

Selain terdapat warung, kalau kita melihatnya dari jalan, posisi atau denah tempat tinggal Rudini seperti ini. Bayangkan ya... (dilihat dari depan) Sebelah kiri, rumahnya. Sebelah kanan, warungnya (agak kebelakang). Sebelah kanan depan ada sumur. Tapi sumur itu ada penutupnya. Mungkin takut anak kecil bermain disitu. Didepan warung tersebut terdapat pohon mangga cukup tinggi besar, dan dibawahnya disediakan kursi panjang untuk orang–orang yang berbincang di warung itu. Sudah dapat bayangannya?? Hihi...

Pukul 21.00 kami pulang, kami melewati depan rumah temanku itu. Entah kenapa, ketika kami melewati rumah temanku itu, dari jarak 10 meter menjelang rumah temanku, kepalaku menoleh ke kiri terus. Dan rumah temanku itu posisinya memang disebelah kiri jalan. Saat sekitar 5 meter dari tempat kejadian, aku mendengar seperti gaduh suara katrol sumur sedang dibentur–benturkan. Bagaimana anda membayangkan suara katrol sumur apabila bergoyang karena terkena tekanan kita? Apalagi seperti dibentur–benturkan, mungkin suaranya memekikan telinga? Aku jelas penasaran... Tapi aku tak panik. Tetap saja posisi dudukku, serta posisi kepalaku di motor tak berubah (tetap menghadap ke kiri jalan). Aku duduk diantara ibu dan bapakku.

Ketika motor yang kami tumpangi melewati rumah temanku itu, tiba–tiba... Aku melihat sesosok burung hantu raksasa. Sedang apa burung hantu itu aku tak tahu. Sosok burung hantu itu ukurannya lebih tinggi dari rumah Rudini. Kira-kira ukurannya setinggi pohon mangga tadi, tapi besarnya lebih besar burung hantu ini. warna bulu yang menutupinya berwarna cokelat tua. Warna mata kuning dengan bola mata hitam sebesar ban roda offroad, dengan cahaya seperti bulan purnama. Tapi suaranya seperti elang. Entah apa yang sedang dia lakukan, burung hantu itu seperti sedang mandi di sumur itu. Gerakannya lincah sekali seperti burung gereja. Padahal badannya besar sekali. Posisi burung itu hanya berdiri saja diatas sumur itu. Sambil mencelupkan kepalanya dilubang sumur, dan membasahi seluruh tubuhnya yang besar itu dengan air dari sumur Rudini.

Yang aku herankan, pertama, burung hantu itu bergerak–gerak atau sedang beraktivitas, mungkin sedang mandi? Karena sepertinya dia sedang membasahi tubuhnya sambil bersuara “Nggaaaaak... Ngggaaaaakkk... Ngaaaa...KKK...”. Suaranya bisa memekikan telinga loh? Namun anehnya, banyak orang–orang yang ada disekitar sumur sambil duduk santai sedang berbincang hangat, tak melihat burung itu yang jaraknya hanyak 5 langkah. Sedang aku yang lewat didepan rumah Rudini melihat makhluk yang lebih besar dari pohon mangga disampingnya? Ibu dan bapakku yang mengapitku di motor juga tidak merasakan kehadiran itu? Ada apa sebenarnya?

Yang kedua, burung hantu raksasa itu menatapku tajam. Seakan–akan kami hanya empat mata, dan bisa dikatakan hanya one by one, tetapi, dia tak menyerangku? Pada waktu melewati rumah Rudini itu, aku seakan asyik memperhatikan aktivitas burung hantu itu yang sedang asyik mandi. Didalam benakku, (mataku tak berkedip) bagaimana seandainya dia menyerangku? Bagaimana seandainya dia menculikku? Lalu siapakah lagi panggantiku sebagai anak ibu dan bapaku? Bagaimana lagi aku akan bertemu saudara–saudaraku? Hah.. Pokoknya banyak sekali pikiranku.

Yang ketiga, aku tidak berteriak. “Mamahhhhhhh....” Dan sebagainya lah... Atau “Hantuuuuuu....”. Mataku tak berkedip, dan tak bersuara. Memang aku pernah mendengar nenekku berkata ketika aku sekitar kelas 2 SMP, kalau ada anak kecil yang sedang melamun, dan tak bersuara, berarti dia sedang melihat hantu. Aku tidak menggubris kata–kata nenekku itu, tapi sejenak terdiam teringat pengalamanku yang satu ini.

Setelah lewat sekitar 10 meter dari lokasi, aku berusaha mencari pemandangan tadi, dan berusaha melihat ke belakang. Karena aku gelisah ingin melihat kembali burung itu, (suara burung itu masih terdengar) ibuku berkata kepadaku, “Apa dam...?”. Aku tak menjawab pertanyaan ibuku. Tak kunjung mendapatkan pemandangan yang kulihat. Aku sadar... Didalam benakku, apa yang aku lihat...........??????

Aku pun sudah sampai dirumah, setelah cuci kaki dan muka, aku langsung naik ke tempat tidur. Membayangkan fenomena yang kulihat tadi. Apa yang terjadi tadi? Makhluk apa itu? Belum ada satu patah katapun terucap kepada ibuku, padahal sudah seribu kali dia bertanya, “Kenapa dam??”. Tak mendapatkan jawabanku, dia mengusap tangannya ke wajahku. Dan itu aku merasakan kekuatan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Aku menarik nafas dalam dan memalingkan badan dan gulingku, kemudian aku memejamkan mata.

Keesokan harinya. Aku sejenak lupa dengan kejadian tadi malam. Tetapi, selepas pulang sekolah biasanya aku bermain di rumah Rudini. Aku kembali teringat setelah melihat sumur itu. Tidak ada apa–apa? Aku sempat melihat–lihat sekitar tempat sumur yang bekas diobrak–abrik oleh makhluk itu. Tidak ada bekas yang berarti, hanya saja katrol sumur itu agak bengkok. Tapi mungkin, itu hanya bekas digunakan oleh pemilinya.

Mungkin hanya halusinasiku saja? Atau memang benar adanya? Buktinya... Ingatanku masih tajam sampai seumur ini masih teringat. Entah sampai kapan aku dapat melupakan ini semua. Terserah anda ingin percaya atau tidak. Tapi yang jelas, bentuk sesungguhnya burung hantu itu hanya aku dan pencipta makhluk itu yang tahu. Akupun seakan tak percaya dengan kejadian yang menimpaku ini. Wallahualam... Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya...

4 comments:

scribbler said...

Hello! Thanks for the warm visit too my blog. :)

Have a nice day!

andrizoom said...

Wihh Ceritanya seruhh Bosss

jaka said...

makasih gan infonya dan salam sukses

tejo said...

salam sukses bos

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Muhammad Adam Firdaus. Designer by adam