Wednesday, 20 October 2010
Tentang Pandanganku Satu Tahun SBY-Boediono
TweetTak terasa hari ini 20 Oktober 2010, jalannya pemerintahan SBY jilid II genap 1 tahun. Tepatnya 20 Oktober 2009 lalu, pasangan SBY-Boediono yang menang kedua kalinya dalam pilpres 2009 itu dilantik. Setelah menang pada pemilu pada 2004 silam, SBY sebagai Presiden, yang pada waktu itu berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.
Ketika tepat satu tahun ini, sebagian kalangan menganggap pemerintahan SBY-Boediono telah gagal. Hal itu dikarenakan pemerintahan tersebut masih belum bisa membenahi permasalahan bangsa ini. Sehingga pada hari ini, berbagai elemen masyarakat terutama mahasiswa, menunjukkan kritiknya terhadap pemerintah.
Menyikapi satu tahun masa pemerintahan SBY-Boediono, penulis mencoba berpartisipasi dalam gerakan 20 Oktober ini lewat tulisan. Penulis berpendapat, sejujurnya memang sampai sejauh ini hasil, atau pencapaian yang dilakukan pemerintahan SBY masih jauh dibawah harapan. Melihat fenomena yang terjadi di negara Indonesia tercinta, banyak sekali yang perlu diselesaikan, tapi seolah tak kunjung selesai. Mulai dari yang umum seperti kemiskinan masih merajai saudara kita, penegakan hukum yang timpang, pendidikan, kesehatan, harga bahan pokok yang mahal, krisis moral, minim prestasi, hingga yang tak kita sadari seperti turunnya rasa nasionalsme.
Hampir di seluruh Nusantara yang didominasi oleh mahasiswa, mereka meluapkan kekecewaannya. Sebagian masyarakat yang hanya tahu menonton, tanpa merasakan kepedulian mahasiswa kepada negaranya akan berkata, "Mahasiswa cari muka", atau dengan komentar-komentar yang tidak berbobot lainnya. Padahal itu jelas persepsi yang salah. Masyarakat harus memahami bagaimana hubungan antara pemerintahan dengan rakyatnya.
Ada pula yang menilai anarkis itu jangan ditampakan. Sekarang kita lihat fakta saja. Tidak akan ada yang menamai dirinya dengan "Aksi Gerakan 20 Oktober", kalau pemerintahan itu berjalan sesuai dengan keinginan rakyat. Mahasiswa turun ke jalan, karena jalannya pemerintahan sekarang tidak berjalan sesuai apa yang diidamkan oleh rakyat pada awal pemilihan. Lantas, jangan berkata "Siapa suruh pilih SBY?" tentu itu merupakan pertanyaan yang tidak dewasa? Masyarakat memilih SBY berarti menaruh kepercayaan penuh kepada beliau, karena janji-janji yang dia kemukakan pada saat kampanye lalu. Namun, amanat yang diberikan itu, tidak dijalankan sepenuhnya, hanya sebagian saja. Sehingga terjadilah konflik sosial yang kita saksikan sekarang.
Kemudian ada pula yang berasumsi bahwa tugas presiden itu berat, membutuhkan waktu. Penulis berpendapat, jika Presiden itu dapat memenuhi kebutuhan rakyat yang dasar saja seperti, harga bahan pokok, pendidikan, kesehatan itu murah, kemudian hukum ditegakkan, penulis merasa posisi SBY selaku Presiden dalam hal ini aman-aman saja. Tanpa harus khawatir beliau akan digulingkan. Sebenarnya waktu itu pun cukup dalam periode masa bakti presiden. Mengapa hal ini dirasa lamban? Karena pemimpin yang tidak gesit, tidak tanggap situasi, serta lebih mementingkan "PEMBELAAN DIRI" ketimbang melayani masyarakat.
Dan anehnya, menurut pribadi penulis sendiri, mengapa Presiden ketika masa turun dalam jumlah besar, respon Presiden cepat sekali. Namun, ketika rakyat merintih "Pak... Sejahterakan kami...", rintihan rakyat ini justru lambat direspon dan dianggap seperti kacang goreng yang tidak dihiraukan karena murah.
Seharusnya kita merenung, apabila hanya ada satu kelompok yang mengkritik, itu boleh lah kita sebut mereka sentimen terhadap pemerintahan yang bergulir. Tetapi, apabila lebih dari 1 kelompok, dan itu terjadi hampr di seluruh Nusantara, itu berarti ada yang tidak beres. Seharusnya pemimpin berkata, "apa yang salah denganku?". Namun hal itu tidak diresapi oleh pemimpin negara ini. Malah justru membalikan keadaan dengan menyampaikan pernyataan "...ingin menggulingkan pemerintahan yang sah."
Penulis kira tidak perlu sampai bertamengkan diri dengan gengsi bahwa saya benar. Karena pemerintahan kita menganut sistem Presidensil. Tetapi justru ditanggapi secara berlebihan oleh Presiden, sehingga yang menjadi tugas dasar seorang Presiden terlupakan.
Secara pribadi, penulis memang mengharapkan pemerintahan SBY-Boediono usai sampai disini. Bukan bermaksud menjatuhkan, tetapi ini memang murni isi hati penulis, yang berpendapat, SBY-Boediono memang gagal. Secara pribadi penulis merasa kecewa dengan pemerintahan beliau. Logika sederhana saja, bagaimana bisa seorang koruptor, "HANYA" dihukum beberapa tahun saja. Dan mendapat ampunan pula.
Pemerintah beralasan karena alasan kemanusiaan sehingga koruptor diberikan keringanan. Seperti yang dikutip dari wawancara salah satu reporter televisi swasta di Indonesia dengan Patrialis Akbar (Mentri Hukum dan HAM). Patrialis Akbar: "Kita memberikan keringan kepada koruptor karena alasan kemanusiaan. Dikasih keringanan salah, ga dikasih melanggar HAM? Apa sih mauanya?" Penulis berpendapat, kita balikan saja "Apakah tindakan koruptor itu tidak melanggar HAM? Hal-hal semacam inilah yang mengecewakan publik terutama penulis.
Dalam peringatan 1 tahun masa bakti SBY-Boediono ini, penulis hanya dapat berpartisipasi lewat tulisan. Dengan harapan, pembaca dapat mengetahui pendapat pribadi, pandangan dari penulis blog ini tentang jalannya pemerintahan Indonesia. Akhir kata, semoga pemerintahan yang masih panjang jalannya ini dapat berbenah dengan baik dan cepat sesuai apa yang diinginkan masyarakatnya, dan mendapat ampunan dari Allah SWT. Amin.
0 comments:
Post a Comment