Tuesday, 28 September 2010

Mengapa Si Perfeksionis Jarang Merasa Bahagia?

Sikap perfeksionis atau sikap yang menuntut kesempurnaan dalam segala hal, memang bisa dikatakan salah satu kunci kesuksesan. Tetapi, di balik sukses tersebut ada 'harga' yang harus dibayar.

Menurut Linda Peterman, konselor kesehatan mental asal Florida, Amerika Serikat, orang yang perfeksionis memiliki kecenderungan cepat merasa lelah, stres dan seringkali bermasalah dalam hal hubungan personal. Hal ini dialaminya terus menerus dan bisa depresi saat targetnya tidak tercapai dan proses untuk mendapatkannya tidak berjalan dengan sempurna.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum seorang perfeksionis yang akan menimbulkan masalah, seperti dikutip dari Shine :

  1. Semua hal dinilai atas hitam atau putih dan benar atau salah.
  2. Target yang tidak realistis
  3. Harapan (untuk diri sendiri dan orang lain) tidak beralasan atau tidak realistis
  4. Bersikap selalu khawatir dan cenderung berlebihan
  5. Fokus pada hal-hal negatif orang lain
  6. Berpikir absolut, selalu mengeluarkan perintah dan tidak bisa didebat
  7. Percaya prestasi dan pencapaian bisa mengukur seseorang
  8. Tidak sabar
  9. Mudah stres
  10. Selalu berpikir "cara saya adalah yang terbaik"


Jika Anda merasakan karaketeristik tersebut, ada solusi yang diberikan oleh Linda untuk setidaknya mengurangi sikap perfeksionis yang bisa merugikan diri sendiri dan orang di sekitar Anda.

Berikut sepuluh solusinya :

  1. Cari hal-hal positif dari situasi tertentu atau seseorang di sekitar, terutama yang telah Anda berikan penilaian buruk.
  2. Buatlah target realistis
  3. Buatlah pengharapan yang lebih beralasan
  4. Maafkan diri Anda dan orang lain atas kesalahanan yang telah dibuat
  5. Fokuslah pada hal positif
  6. Jangan selalu berpikir keadaan terburuk
  7. Cobalah lebih fleksibel dalam menghadapi masalah. Buatlah kemungkinan adanya "area abu-abu" tidak sekedar hitam dan putih.
  8. Sediakan waktu untuk bersenang-senang
  9. Biarkanlah kesalahan kecil berlalu
  10. Mencoba lebih sabar
doasembahlove

2 comments:

Noviaji Joko Priono said...

Sumbernya dari mana?Ditulis sumbernya. Kasihan sudah lelah menulis disalin tanpa mencantumkan sumbernya. Hati-hati dicap plagiat.

Muhammad Adam Firdaus said...

Terima kasih atas kritiknya.

Dalam menilai sesuatu, seharusnya kita sebagai kaum intelek harus melihat itu dari berbagai aspek. Tidak asal menilai sehingga yang tercipta adalah vonis yang tidak tepat.

Yang pertama, anda harus memahami apa maksud blog ini. Anda lihat dulu apakah blog ini blog pribadi? Blog promosi? Blog hiburan? Blog informasi? Sehingga dengan begitu, secara sendirinya anda paham yang saya maksudkan.

Yang kedua, jika kita melihat secara struktural. Apakah sumber yang blog ini pakai mencantumkan sumber yang sesungguhnya?
Sebagai contoh bahwa, misalnya ketika muatan artikel berupa tips melangsingkan tubuh, tentu refrensi dari pihak kedua (sumber blog ini) mengutip dari blog sumber aslinya. Yang menjadi pertanyaannya, apakah sumber kedua ini mencantumkan sumber seperti yang anda maksudkan?

Yang ketiga, kita harus memahami arti sesungguhnya plagiat itu sendiri. Perlu anda ketahui, blog ini memang menggunakan referensi lain sebagai blog informasi. Kecuali artikel tentang pribadi memang menggunakan narasumber penulis.
Tetapi yang harus diingat, bahwa blog ini tidak asal cantum, blog ini mengalami perubahan penulisan ketika akan dipostingkan.
Maka dari itu penulis tidak takut sedikitpun dicap plagiat.

Yang keempat, Intinya, bagaimana saya mau mencantumkan sumber aslinya kalau sumber yang saya pakai tidak mencantumkan sumber aslinya? Saya yakin, sumber kedua juga tidak sepenuhnya bersih? Tidak menutup kemungkinan sumber kedua hanya menggunakan translate dari bahasa lain ke bahasa Indonesia, tanpa melakukan proses editing.

Demikian konfirmasi kami sampaikan agar blog ini tetap profesional.
Atas kritik serta masukan anda, penulis ucapkan terima kasih. :)

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Muhammad Adam Firdaus. Designer by adam