Monday, 2 August 2010

Mungkinkah Indonesia Mengangkat Trofi Piala Dunia?

Hari itu aku pulang dari tempat keluargaku untuk menengok beliau yang sedang sakit. Aku, bibi, serta kedua anaknya pulang melewati Jalan BKR, Bandung. Sekeliling aku melihat pemandangan yang tak berubah. Mulai dari truk yang lalu-lalang, mobil hilir mudik, motor pun tak kalah ketinggalan.

Jalanan yang macet membuat perjalanan menjadi terganggu lantaran harus bercengkrama dengan lampu lalu lintas di setiap perempatannya. Di perempatan, mulailah mereka yang ingin menyambung hidup menunjukkan kebolehannya. Ada yang mendendangkan sebuah lagu, berjualan snack ringan, bahkan yang membuat saya iba, mereka yang sudah tidak mempunyai salah satu anggota badan lagi, masih saja kuat, tegar, serta sabar untuk meminta sereceh rezeki dari hamba-hamba yang telah diberi amanat oleh Tuhan untuk saling memberi kepada yang tidak punya, namun mereka tidak mengerti tentang amanat itu.

Lepas dari kerumuman macet, serta padatnya BKR, perjalanan lalu berlanjut ke Jalan Peta. Sekeliling tetap kuperhatikan pemandangan yang tak jauh berbeda dengan sebelumnya.

Sedang asyiknya melihat pemandangan di sekelilingku, tak sengaja terlihat anak-anak sedang bermain sepak bola di areal luas milik salah satu bengkel mobil. Mereka yang bermain itu kira-kira berusia antara 8-15 tahun. Yang masih sekolah dasar, hingga ada yang sekolah menengah atas. Namun, semangat mereka terlalu garang, sehingga perbedaan umur tak menjadi penghalang. Aku tertuju pada permainan anak-anak itu. Tiba-tiba sesuatu terlintas didalam benakku, dan aku memutuskan untuk memberhentikan angkutan kota yang kami tumpangi, dengan seraya berkata, "kiriiii...".

Aku langsung turun dari angkutan kota yang aku tumpangi, dan langsung menuju areal luas tempat mereka bermain sepak bola itu. Aku mengamati permainan mereka dari pinggir lapangan. Kelincahan mereka tak kalah dengan pemain dari AC Milan, Chelsea, Barcelona, Manchester United, Real Madrid, dan klub bola internasional lainnya. Taktik mereka pun seperti sudah profesional.

Selepas mereka istirahat, aku mencoba berbincang kecil dengan mereka. Bertanya seputar keseharian mereka, berkomunikasi dengan di bawah usia memang membutuhkan kecermatan ekstra. Ketika kusapa satu persatu, aku memcoba berbincang dengan anak-anak yang sudah kelihatan kelelahan, namun semangatnya masih ada, Fadilah, 13. Kucoba bertanya tentang kesehariannya, dan bertanya tentang klub sepak bola mancanegara favoritnya. "Barca" jawabnya. Siapa pemain internasional favoritnya, "Messi" dengan pasti. Lalu aku bertanya, "Mau gak jadi pemain Timnas?". "Yaaa... Mau banget?" balasnya. Lalu aku bertanya lagi, "Mungkin tidak Indonesia mengangkat trofi Piala Dunia?". "Ya.." dengan wajah yang sedikit ragu. Kemudian aku meminta komentarnya tentang bagaimana seharusnya langkah Timnas Indonesia agar mencapai cita - cita tersebut. "Perbanyak seleksi gitu lah..." terangnya dengan polos.

Selain Fadilah, aku juga mencoba berbincang dengan salah satu dari mereka yaitu Tius, 15. Aku bertanya padanya tentang apa tim sepakbola internasional favoritnya, jawabnya "Barca" dengan semangat. Dan siapa pemain internasional favoritnya, jawabnya "Messi" dengan yakin. Aku bisa memprediksi semua jawaban anak-anak ini. Hahaha...

Ketika aku bertanya, "Mau gak Tius masuk Timnas Indonesia?". "Ya mau atuh..." jawabnya dengan riang. Aku bertanya lagi, "Mungkin gak Indonesia mengangkat trofi piala dunia?". "Ya" jawabnya optimis. Lalu aku bertanya lagi, "Terus, saran sebaiknya untuk Timnas kita gimana supaya kita bisa ngangkat trofi itu?". "Perbanyak latihan, dan mental teh kudu dibentuk lagi lah... Biar gak lembek..." ujarnya penuh kritik. Aku bertanya untuk terakhirnya, "Gimana komentarnya tentang stadion - stadion di Indonesia?". "Perbanyak lagi lah... Stadion Gelora Bung Karno mah dipugar lagi, udah butut..." keluhnya.

Dari jawaban-jawaban mereka itulah sesungguhnya apresiasi terhadap pasukan Garuda Indonesia sangat tinggi. Agar semua pihak lebih semangat lagi dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Mungkin saja dengan semangat yang ditunjukkan oleh anak-anak ini, kita dapat mencatat kedalam sejarah bangsa Indonesia sebuah trofi Piala Dunia. Itu merupakan salah satu kebanggaan luar biasa yang pernah diraih bangsa Indonesia.

Melihat fenomena inilah seharusnya sistem pendidikan di Indonesia lebih mementingkan potensi yang ada didalam diri anak - anak bangsa. Agar potensi mereka tak terbuang sia-sia. Dengan terangkatnya bakat mereka bermain sepak bola, Timnas Indonesia tidak kekosongan generasi. Berlaku untuk semua cabang olahraga. Jadi, bibit unggul tak susah lagi dicari.

Daripada hanya menyuruh anak-anak kita menghapal rumus yang mungkin belum tentu keahlian mereka. Ingatlah kita diciptakan oleh Tuhan menjadi spealisasi tertentu. Sehingga kita membutuhkan yang lain untuk memenuhi diri.

Selama ini sekolah dijejali kurikulum yang belum membangun bangsa. Dan anak-anak lebih dicondongkan untuk mengerjakkan soal, ketimbang harus berkarya. Dengan smangat anak-anak itulah, impian kita semua akan terwujud. Bangkitlah Indonesia.

2 comments:

Suntoro - Pencinta Pairplay said...

Aku juga komentarnya idem dito dengan si Fadilah dan si Tius yang kamu wawancarai Dam... Mentalnya bobotoh juga perlu dibaikin kali ya, biar gak berantem melulu kalau tiap ada event bola...?

Anonymous said...

bagus...bagus...

by dospee

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Muhammad Adam Firdaus. Designer by adam