Saturday, 28 August 2010

Ketika Kresek Plastik Menjadi Kehormatan

Malam itu selepas buka puasa, aku keluar kost untuk sekedar mencari makan. Makan diluar tentu lebih nikmat, dan lebih terasa jalanannya. Mengamati orang-orang sekitar, hiruk-pikuk kendaraan, dan berpikir bahwa mereka juga melakukan aktivitas yang luar biasa.

Pada waktu aku makan nasi goreng. Sambil menikmati makanan yang kusantap, aku melamun, sekedar mengecek handphone, atau sesekali membersihkan nasi di piring.

Setelah tinggal suapan terakhir, aku lalu mengambil air putih yang ada di meja, yang memang disediakan secara cumacuma.

Setelah kuteguk tegukan pertama, aku merasa lega, dan bersendawa tanda angin keluar, dan perut terasa lebih berat.

Setalah beberapa teguk minum, aku selalu memperhatikan gelas yang kuminum. Karena aku sangat peduli kebersihan. Ketika aku perhatikan, banyak sekali kotoran yang mengapung di minuman itu. Kucoba menerawang, serta memainkan gelas itu kearah lampu, ternyata memang air yang ada didalam teko itu kotor.

Dengan terpaksa aku meninggalkan minuman yang masih banyak itu. Aku memutuskan untuk mencari minuman baru.

Setelah aku selesai memilih minuman yang mana yang cocok dengan seleraku, aku langsung memberikan minuman itu kepada penjualnya, berharap minuman itu dibungkus kresek plastik. Dengan tujuan, agar aku tidak repot membawanya serta lebih praktis. Dan lagi, jauh dari prasangka pamer.

Namun, aku sengaja menaruh didekatnya agar membungkuskan plastik kepada minuman yang kupilih. Tapi, tak kunjung diberikan juga. Hingga aku mengeluarkan dompet pun, tak ada respon.

Ya, memang minuman yang aku beli hanya satu. Namun, dari transaksi itu, aku merasa ada suatu formalitas, atau semacam serah terima sebagai penghormatan terhadap pembeli diabaikan.

Karena tidak kunjung diberi plastik, terpaksa aku membawanya dengan tangan kosong? Karena aku tak mau meminta, kalau itu masih tanggung jawab penjual.

Satu hal yang kuamati bahwa, peran plastik bergeser menjadi tanda penghormatan. Sangat terasa sekali saya membawa minuman itu dengan tangan kosong. Kini, plastik yang sepele itu seperti bintang jasa bagi pembeli, dan penjual.

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Muhammad Adam Firdaus. Designer by adam