Monday, 28 June 2010

Merombak SMP & SMA

Nama Pengarang : MUHAMMAD ADAM FIRDAUS
Judul : Merombak SMP & SMA
Jenis Karangan : Essai Kritik
Jumlah Kata : 1.306
Jumlah Paragraf : 29

Jika mendalami betul – betul, Indonesia kaya akan segalanya. Bersyukurlah anda yang diberi kenikmatan oleh Tuhan untuk tinggal dan merasakan manis pahitnya hidup di Indonesia.

Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki relief – relief indah, pulau – pulau yang beribu dengan kehijauan yang ditaburi beranekaragam kekayaan flora dan faunanya. Menambah nilai Indonesia menjadi terangkat.

Namun, sedikit demi sedikit, budaya kita mulai digerogoti. Hasil bumi serta kekayaan laut dan darat secara lambat disedot, dan dalam jangka yang panjang akan habis. Apa permasalahan dari semua ini?

Penulis berpendapat, letak permasalahannya terdapat pada bidang pendidikan. Selain itu, pendidikan juga merupakan bagian dasar dari segala bentuk pembangunan Indonesia.

Di Indonesia iklim pendidikannya telah kacau. Ibarat pemanasan global, iklim pendidikan di Indonesia mulai tak menentu hasilnya, keberlangsungannya, efektifitasnya, apalagi mutunya?
Penulis merasa, ada kejanggalan yang secara logika, hal semacam ini harus segera dihapuskan. Misalnya seperti apa? Yang pertama kita harus tahu dulu, konsep mencari ilmu itu seperti apa.

Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.

Saya akan beri anda contoh, seorang anak kecil sedang berjalan. Kemudian dia menginjak kulit pisang, dan terpeleset. Lalu dia bergumam dalam hati. “Mengapa aku terpeleset?”. Lalu dia mencari tahu apa penyebabnya, dan dia menemukan bahwa, dia terpeleset karena menginjak kulit pisang. Lanjut dia bergumam, “Lain kali aku takkan menginjak ini lagi…”.
Dari contoh diatas, kita harusnya sadar. Konsep sekolah itu seharusnya demikian. Konsep sekolah yang sesederhana itu, tak disadari oleh sebagian orang, sehingga memicu keganjalan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Mengapa demikian?
Yang harus penulis katakan disini, hasil daripada belajar adalah bukan ilmu pengetahuan. Lantas apa? Tetapi tindakan. Dengan contoh diatas, setelah dia mendapat pengetahuan dari pelajaran yang sederhana bahwa, dia terpeleset karena menginjak kulit pisang. Lalu bagaimana caranya agar tidak terpeleset lagi? Jawabnya, dia tidak boleh lagi menginjak kulit pisang itu lagi. Dengan demikian, si anak kecil ini mendapatkan suatu pengetahuan baru. Nah, jika anda mengetahui, konsep kita menuntut ilmu di sekolah itu sebenarnya adalah sesederhana ini.

Hasil belajar bukan ilmu pengetahuan, tapi tindakan. Banyak sekali orang yang bersekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi mereka hanya sekedar ilmu saja. Atau sekedar mengetahui saja. Tidak bisa mengamalkan apa yang mereka dapat. Itulah yang menjadi permasalahan sistem pendidikan nasional kita saat ini.
Contoh, banyak orang karena gengsi masuk fakultas kedokteran dengan berbagai macam modal. Ada yang hanya kepintaran saja. Dan lain sebagainya. Tapi kita lihat setelah mereka semua keluar. Masihkah dokter yang melayani dengan kasih sayang?
Itu merupakan contoh kecil dari permaslahan yang kompleks ini. Saya akan mengajak anda berimajinasi. Lihatlah peralatan perang kita. Mengapa masih kalah dengan negara tetangga Malaysia? Lihatlah budaya kita. Lihatlah karya – karya kita. Apa yang ada di benak anda?

Menurut penulis, kita semua harus merombak tingkat pendidikan formal yaitu pada tingkat SMP, dan SMA. Mengapa demikian? Karena disini penulis menilai terdapat pemborosan waktu, pemborosan materi, pemborosan ini dan itu. Semuanya tidak efisien. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh salah satu badan survey, di Indonesia pengangguran berijazah terus mengalami peningkatan. Melihat permaslahan yang tak kunjung selesai ini, lalu bagaimana solusi yang ditawarkan oleh penulis?

Seharusnya SMP dan SMA itu diganti dengan SSB, Sekolah Spealisasi Bakat. Dengan SSB, sekolah tidak berorientasikan nilai lagi. Tetapi lebih mengedepankan bakat – bakat yang memang, semua manusia memilikinya. Sehingga nanti spealisasi yang seperti saya sebutkan diatas terwujud. Mengapa penulis sebut begitu? Karena selama ini, sekolah hanya mencari nilai. Saling bersaing untuk mendapat nilai yang tinggi. Padahal itu sangat berdampak buruk bagi Indonesia kedepan. Mengapa sangat buruk? Baca saja ini sampai habis.

Manusia memiliki bakat yang beranekaragam. Dengan SSB, sekolah dibentuk menjadi SSB Seni, SSB Konservasi, dan lain sebagainya yang nanti akan menyesuaikan. Nah, bagi mereka yang gemar sekali bermain alat musik piano, masuk saja SSB seni, pilih jurusan seni musik, dan kurikulum piano. Jika bagi anak – anak yang gemar berkelahi, masukan saja mereka kedalam SSB Olahraga, jurusan Fighting, kurikulum Tinju/Karate/Taekwondo/Judo, dan lain sebagainya. Apa dampak kedepannya?

Indonesia akan maju balance, sehingga Indonesia akan mampu bersaing dikancah Internasional. Di lini olahraga Indonesia hidup. Di lini konservasi Indonesia hidup. Di lini musik, musik Indonesia hidup. Dan seterusnya.

Apa dampak dibidang seni? Dengan hidupnya seni di Indonesia, budaya – budaya di Indonesia secara tidak langsung akan terjaga. Lalu apa dampak dibidang Konservasi? Hutan – hutan di Indonesia secara tidak langsung akan kembali hijau. Dan yang akan terkena imbasnya adalah flora dan fauna Indonesia akan terjaga seutuhnya. Mengapa bisa begitu? Kurikulum yang tepat dan efisien, membuat orang yang mengisi pada bidang itu akan memahami betul apa yang seharusnya dia kerjakan dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
Selama ini, sekolah hanya menjejali pengetahuan – pengetahuan, tetapi tidak tepat sasaran, karena mungkin si anak tidak menyukai pelajaran tersebut. Kita sebagai orang yang sudah lepas dari pendidikan tersebut, seharusnya jangan menyalahkan si anak. Karena kita percaya, penulis dan anda pasti diciptakan dan didesain oleh Tuhan untuk menjadi spealisasi pada bidangnya.

Jadi, menurut penulis, tidak perlu lagi rasanya ada ujian tulis maupun ujian lain yang hanya menitikberatkan pada nilai dan harus mencapai target tertentu. Karena ujian sesungguhnya adalah nanti, bagaimana kita mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan, kepada orang lain. Menurut pepatah Arab, ilmu bila tidak diamalkan, bagai pohon tanpa buah. Memang betul? Karena apa, seperti contoh dokter diatas, ilmu yang didapatkan dokter, diaplikasikan kepada orang lain, sehingga orang lain akan merasakan manisnya ilmu dokter itu.
Contoh satu lagi, seorang anak yang potensinya ada di bidang musik, menjadi tidak tergali lantaran dia masuk SMA. Dia sangat pintar bermain drum, namun dalam hal pelajaran memang kurang. Ulangan hariannya selalu dibawah. Sehingga pada waktu ulangan dia juga tak bisa mengerjakan. Lalu si anak diputuskan untuk tinggal kelas. Apa yang anda pikirkan dari fenomena diatas? Apakah guru yang memvonis dia tidak naik itu memiliki potensi yang sama dengan anak itu? Mungkin dia memang tidak bisa masuk jurusan IPA. Tetapi, dia juga dapat masuk ke jurusan IPS? Hal semacam ini sebenarnya melanggar Undang – Undang Dasar 1945. Didalam Undang – Undang 1945 sudah jelas – jelas diatur tentang Hak Asasi Manusia yang lengkap. Namun warga negaranya sendiri sangat lucu dengan membuat sistem pendidikan yang kacau seperti ini. Sehingga Undang – Undangnya hanya sekedar hiasan saja. Coba kita melihat dengan seksama, jika dia memiliki potensi dengan bermain drum, dampak jangka panjangnya pasti dia akan melestarikan budaya Indonesia walaupun hanya memukul sebuah ketipung dalam mengisi sebuah tarian daerah? Itu akan memberikan dampak yang besar bagi daerah. Ketimbang dia hanya mempelajari fisika, biologi, atau kimia yang memang bukan bidangnya. Kita harus lebih menyadari sepenuhnya untuk apa kita diciptakan.

Jika kita melihat betul – betuk apa arti hidup ini, sebenarnya manusia diciptakan menjadi spesialisasi tertentu. Orang sering menyebut mereka sebagai dokter, perawat, pelukis, musisi, tukang sapu, psikolog, arkeolog, dan sebagainya. Kesemua itu merupakan bagian kecil dari hidup ini. Seperti halnya mata rantai, dan nantinya rantai – rantai tersebut akan membentuk satu kesatuan yang menggerakan roda kehidupan ini. Maksudnya, kita lihat seperti dokter yang memerlukan perawat, rumah sakit memerlukan tukang sapu. Rumah sakit juga perlu birokrasi. Birokrasi butuh ahli. Dan seterusnya.
Jangan heran jika peralatan perang Indonesia masih kalah bersaing, sehingga negara lain dengan mudah menggeser serta mematok perbatasan baru dengan leluasa. Karena orang yang suka menggambar, berimajinasi untuk membuat kapal perang, tank, jet tempur, dan suka mekanik itu tidak tergali potensi dalam dirinya. Jangan heran jika hutan – hutan kita habis digunduli oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Karena bagi mereka yang suka dengan alam, gemar sekali mengoleksi tanaman, tidak pada tempatnya. Dan masih banyak lagi.

Dengan SSB, Indonesia tak perlu lagi repot mengambil atlet olahraga, tak perlu lagi khawatir kecolongan hasil bumi, tak perlu lagi risau dengan penegakkan hukum di Indonesia. Karena orang – orang yang sesuai dengan bidangnya tersebut, telah mengisi bidangnya masing – masing. Dan Indonesia pastinya akan maju di segala bidang. _adam




Bandung, 28 Juni 2010

2 comments:

Noviaji Joko Priono said...

wah panjang banget Dam.... pake mesin penghitung karakter ya ini atau manual menghitungnya.. hehehehe...

gimana dimana kuliah..?

Muhammad Adam Firdaus said...

Y engga lah... Wkwkwkwk... Mana sanggup aku ngitung sebanyak itu...
Pake yang biasa aja... Hehehe...

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Muhammad Adam Firdaus. Designer by adam